Kamis, 09 Februari 2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN IPS


Pengembangan Sumber dan Media Pembelajaran IPS
Pendahuluan
Para mahasiswa sekalian, tentu Anda masih ingat bahan ajar pada Unit
Pengembangan Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pada unit pengayaan ini,
Anda akan diajak mengkaji dan memperdalam pengembangan sumber belajar
tercetak dan non tercetak yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran IPS.
Uraian pada unit pengayaan ini akan lebih banyak menyajikan contoh-contoh dan
latihan dalam mengembangkan sumber pembelajaran IPS.
UNIT 7
Kompetensi yang diharapkansetelahAnda mempelajari materi ini, sbb.:
1. MampumengembangkansumberbelajarIPS tercetakuntuksekolahdasaryang
sesuaidengankarakteristikpesertadidik dan pendekatankontekstual.
2. Mampu mengembangkan sumber belajar IPS non
tercetakuntuksekolahdasar yang sesuaidengankarakteristikpesertadidik
dan pendekatankontekstual.

Uraian Materi
Pengembangan Sumber Belajar Tercetak
Tentu Anda masih ingat uraian Unit 7modul utama bahwa guru sebagai
fasilitator pembelajaran perlu mengupayakan agar proses pembelajaran dapat
mencapai hasil yang optimal. Indikator pencapaian hasil belajar siswa adalah
tercapainya kompetensi dasar yang ada dalam standar isi. Bagaimana mencapai
hasil belajar yang baik? Banyak faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik. Salah satu faktor tersebut adalah sumber pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Sumber pembelajaran bukan jumlah materi yang dikuasai
atau dimiliki oleh guru, melainkan materi yang digunakan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, sangat penting kemampuan guru dalam mengemas materi
pembelajaran termasuk menyeleksi materi yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Apa saja jenis sumber pembelajaran tercetak itu?
Sumber pembelajaran tercetak yang paling lazim dan utama adalah buku
teks (Welton/Mallan: 1988). Selain buku teks, ada sejumlah sumber pembelajaran
tercetak sebagai suplemen, yakni publikasi kejadian terkini, peristiwa atau
masalah terkini, surat kabar, buku-buku yang sedang diperdagangkan, kit
pembelajaran dan buku kerja siswa atau lembar kerja siswa.
SUMBER PEMBELAJARAN TERCETAK
Utama Suplemen
BukuTeks atau buku
mata pelajaran
· jurnal
· peristiwa atau masalah terkini
· surat kabar
· majalah
· novel
· kit pembelajaran
· buku kerja siswa atau lembar kerja siswa.
Sub Unit 7.1

Pada umumnya, guru IPS menggunakanbuku mata pelajaran untuk proses
pembelajaran bahkan banyak guru mengajar mengandalkan dengan berpegang
pada buku mata pelajaran. Dalam hal ini, buku teks dipandang sebagai sumber
utama bahkan sebagai satu-satunyasumberpembelajaran. Tentu tidak salah guru
menggunakan buku teks sebagai sumber pembelajaran utama bagi siswa. Bahkan
semua siswa memiliki buku teks tersebut. Ini sangat bagus apabila buku yang
dijadikan sumber utama tersebut berkualitas baik. Artinya, buku tersebut dapat
membelajarkan siswa, mendorong siswa mau belajar, menarik perhatian,
meningkatkan motivasi belajar, dan tentu saja dapat memberikan tambahan
pengetahuan, serta memperbaiki sikap dan meningkatkan keterampilan.
Buku teks mata pelajaran IPS yang digunakansaatini di sekolah dasar dapat
diperoleh dengan cara mengunduh dari internet yang dinamakan buku elektronik
(electronicbooks). Buku yang telah tersedia di internet adalah buku-buku yang
telah lolos dan lulus penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Artinya, buku-buku tersebut telah dianggap standar sehingga bersifat legal untuk
digunakan oleh guru dan siswa di sekolah. Meskipun demikian, guru berhak
memilih/menyeleksi buku yang tepat untuk para siswanya yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPS.
Beberapa contoh buku teks mata pelajaran hasil unduh dari internet antara
lain:
Penggunaan buku teks mata pelajaran dalam pembelajaran IPS memiliki
tujuan khusus pembelajaran, artinya tidak semua strategi dan metode
pembelajaran dalam IPS dapat menggunakan buku teks. Buku teks dapat

digunakan, ketika: (1) guru membelajarkan konsep atau topik tertentu yang
memerlukan sumber atau rujukan; (2) guru memerlukan informasi tentang suatu
materi; (3) siswa memerlukan informasi/penjelasan tambahan tentang suatu
konsep; (4) siswa memerlukan kebenaran suatu konsep dalam diskusi, misalnya
ada perdebatan karena perbedaan pemahaman.
Selain sumber belajar dalam bentuk teks buku mata pelajaran, ada sejumlah
sumber belajar tercetak sebagai suplemen, ialah:
1. Terbitan periodikal tentang kejadian, seperti surat kabar dan majalah baik yang
berskala lokal, nasional maupun internasional. Sejumlah peristiwa termasuk
kasus, kejadian kontroversial, dan dilematis cukup banyak dalam sumber
suplemen ini. Sumber belajar ini sangat relevan dengan karakteristik IPS yang
terkait dengan kehidupan nyata dan terkini (aktual). Peristiwa-peristiwa terkini
tentu disesuaikan dengan konteks kehidupan dan lingkungan peserta didik.
Untuk kejadian atau kasus yang bersifat lokal akan berbeda-beda tergantung di
mana peserta didik dan lingkungan sekolah itu berada. Namun,
kejadian/peristiwa yang bersifat nasional dan internasional tentu akan banyak
kesamaan. Misalnya, dahsyatnya peristiwa Gunung Merapi meletus pada bulan
November dan Desember 2010 dapat dijadikan sumber belajar oleh setiap guru
IPS di seluruh Indonesia. Peristiwa alam tersebut sangat penting sebagai
sumber pembelajaran IPS karena dampaknya dapat menyentuh langsung pada
kehidupan manusia, baik masyarakat yang ada di sekitar gunung Merapi
maupun masyarakat lain di Indonesia bahkan dunia.
Gambar: Gunung Merapi Meletus tahun 2010 dan 2006

2. Buku-buku yang sedang ada di pasaran, yang relevan dengan IPS dapat
dijadikan sumber pembelajaran, seperti “Laskar Pelangi”, sebuah novel karya
Andrea Hirata yang pernah menjadi best seller di tanah air bahkan pernah
diangkat ke layar lebar. Buku novel ini dapat dijadikan salah satu sumber
belajar tercetak dalam kelas IPS. Guru dapat membelajarkan cerita yang ada
dalam novel sebagai bahan analisis nilai dan diskusi, tentu dengan pendekatan
yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik peseta didik.
Buku-buku yang ada di pasaran baik berupa fiksi sejarah, non fiksi, dan
biografi dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai sumber pembelajaran IPS sebagai
suplemen yang memperkaya pembelajaran. Untuk menentukan buku-buku
suplemen yang dapat digunakan pembelajaran IPS di kelas, ada beberapa kriteria
sebagai berikut:
a. Kaji terlebih dahulu apakah buku tersebut tepat / cocok untuk para siswa,
artinya sesusikah dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik, bahasa
mudah dipahami, temanya sudah dikenal oleh siswa.
b. Kajilah dahulu apakah buku tersebut bermanfaat, artinya bermakna,
menyenangkan untuk dibaca, mampu mengembangkan karakter anak, ada
dialog, ada pengembangan imajinasi, dan tentu saja mengandung pesan nilai.
c. Kajilah dahulu apakah buku tersebut mengandung informasi yang tepat, artinya
isi informasi yang disajikan cukup akurat dan benar.
Buku Novel: Laskar Pelangi
sebuahkarya Andrea Hirata
yang pernahmenjadi best
seller di tanah air
d. Kajilah dahulu apakah isi buku membawa misi yang berharga/bernilai, artinya
isu mengandung pesan nilai yang dapat mempengaruhi karakter siswa lebih
baik.
Apabila Anda sebagai guru telah memiliki buku sumber yang memenuhi
kriteria di atas, maka Anda dapat menggunakan buku tersebut dengan berbagai
cara, yakni: (1) sebagai bacaan suplemen bagi siswa; (2) sebagai bacaan
pengayaan untuk Anda sendiri sebagai guru; (3) sebagai referensi bagi siswa; (4)
sebagai bahan utama untuk pembelajaran; (5) sebagai bacaan yang relevan dengan
mata pelajaran IPS.
Perangkat pembelajaran, yang dimaksud adalah bahan pembelajaran yang
dibuatoleh guru, yakni materi pembelajaran yang ada dalam silabus dan rencana
program pembelajaran (RPP) matapelajaran per kompetensi dasar. RPP yang baik
adalah RPP yang mengandung lampiran materi yang lengkap. Misalnya,
kompetensidasar SD/MI Kelas VI semester 2: 3.1 Menjelaskan peranan Indonesia
pada era global dan dampak positif serta negatifnya terhadap kehidupan bangsa
Indonesia.
Materi yang dipersiapkan oleh guru dalam RPP antara lain tentang:
a. Peranan Indonesia pada era global
b. Dampak positif dan negatif globalisasi terhadap kehidupan bangsa Indonesia.
Materi yang disiapkan oleh guru dapat diperoleh dari buku elektronik, yakni
Buku Mata Pelajaran IPS Kelas VI dan buku lain yang relevan. Namun, perlu
dipertimbangkan agar materi yang dikembangkan oleh guru tetap agar
memperhatikan kemampuan berpikir peserta didik anak usia SD/MI. Tingkat
keluasan dan kedalaman materi pelajaran agar disesuaikan dengan karakteristik
siswa SD/MI yang ada di sekolah masing-masing. Walaupun usia dan tingakt
kelas siswa sama, misalnya kelas VI, tetapi karakteristik dan kemapuannya akan
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan belajar dan lingkungan
keluarga asal siswa tersebut. Peserta didik yang berada jauh dari pusat informasi
dan lingkungan keluarga yang ada di perdesaanakan berbeda dari peserta didik
yang ada di perkotaan yang serba tersedia berbagai sumber informasi dengan
lingkungan keluarga yang lebih kondusif untuk belajar.
                            LATIHAN
Perhatikanlah gambar berikut:
Panduan jawaban:
1. Gunung meletus merupakan kejadian alam yang berkaitan dengan gejala alam
dan lanjutan dari pertistiwa terjadinya gunung. Terjadinya gunung diakibatkan
oleh terjadinya gesekan lempeng bumi. Gunung Merapi terjadi akibat gesekan
antara lempeng bumi Eropa-Asia (Eurasia) dan Indo-Australia yang panas.
Untuk lebih jelasnya, Anda dipersilakan untuk mempelajari Geografi.
2. Dampak positif dari meletusnya gunung Merapi adalah akibat muntahan lahar
sangat baik untuk kesuburan tanah yang ada di sekitar gunung Merapi dan pasir
yang dimuntahkan dapat digunakan untuk bahan bangunan. Sedangkan
dampak negatifnya, letusan gunung Merapi mengeluarkan awan panas, sangat
Gambar: Gunung merapi Meletus 2010
Pertanyaan:
1. Apa penyebab gunung Merapi
meletus?
2. Apa dampak positif dan negatif
meletusnya gunung Merapi bagi
masyarakat sekitar?
3. Apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi
masalah akibat meletusnya gunung
Merapi?
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunu
ng_Merapi

berbahaya bagi kehidupan dan jiwa manusia serta makhluk hidup lainnya.
Awan panas dapat menimbulkan korban jiwa serta tumbuh-tumbuhan.
3. Pemerintah perlu mengantisipasi bahaya meletus gunung (Merapi) berapi
dengan cara memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar gunung
akan bahaya benda-benda (material) yang dikeluarkan oleh gunung berapi.
Pemerintah perlu juga mempersiapkan fasilitas untuk mengevakuasi korban,
misalnya dengan alat pengangkut serta tim evakuasi termasuk relawan serta
peralatannya.
Uraian Materi
Pengembangan Sumber Belajar Non Tercetak
Pada Sub Unit 1 di atas, Anda telah mendapatkan pengetahuan tentang
sumber belajar tercetak. Berikut ini Anda akan diajak mengkaji sumber belajar
non tercetak. Mungkin, Anda telah mengenal sumber belajar non tercetak
sebelumnya, namun berikut ini uraian akan lebih menyajikan contoh-contoh
sumber belajar non tercetak secara nyata dan pemanfaatannya dalam proses
pembelajaran IPS.
Sumber belajar non tercetak dapat dianggap belum banyak dimanfaatkan
dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya dalam pembelajaran IPS di negara
kita. Diakui bahwa ketersediaan sumber belajar (media pembelajaran) di sekolah,
khususnya di SD/MI sangat terbatas. Sumber belajar non tercetak ini masih
dianggap langka dan sulit memperolehnya. Penggunaan sumber dan media
pembelajaran berupa bacaan dan tulisan masih mendominasi proses pembelajaran
IPS di kelas sedangkan sumber belajar non tercetak seperti videotape, gambar,
film, dan media audiovisual lainnya masih belum banyak ditemui di dalam
pembelajaran IPS. Padahal, telah disadari bahwa pembelajaran IPS sangat terkait
dengan kehidupan nyata, kehidupan sehari-hari masyarakat, bahkan lingkungan
terdekat peserta didik Apabila dikaitkan dengan karakteristik peserta didik SD/MI,
jelas bahwa mereka berada pada tingkat operasional konkrit, artinya mereka
belum mampu berpikir atau berpikir konseptual. Dalam hal ini, pembelajaran IPS
di SD/MI sangat memerlukan sumber belajar yang konkrit, nyata, atau relaistik
dan operasional.
Sumber pembelajaran non tercetak (nonprint materials) adalah materi
pembelajaran yang tidak tertulis sehingga peserta didik tidak perlu banyak
membaca tulisan, melainkan berupa gambar, film, dan video tape. Sumber
pembelajaran non tercetak dapat dipelajari dengan cara melihatnya,
Sub Unit 7.2
116
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
mendengarkannya atau dengan cara melihat dan mendengar (audiovisual) dalam
satu kesempatan secara bersamaan.
1. Gambar
Jenis sumber belajar non tercetak yang paling efektif untuk pembelajaran
di kelas IPS adalah “gambar”. Mengapa gambar? Karena jenis sumber belajar
ini mampu memuat ribuan kata tanpa mengungkapkan dengan kata-kata.
Perhatikanlah gambar berikut ini!
http://www.slemankab.go.id/galeri-photo?album
Gambar: Foto (1) Tim relawan sedang mengevakuasi korban Merapi; Foto
(2), kondisi perkampungan akibat letusan Merapi
Gambar di atas, sangat penuh dengan informasi dan makna. Kondisi
dalam gambar tersebut dapat diuraikan dengan kata-kata yang dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Gambar sangat ampuh untuk pembelajaran yang
mengandung kompetensi utuh meliputi aspek kognitif, afektif (nilai dan
sikap), dan perilaku.
Sebagai sumber belajar non tercetak, gambar (foto 1) di atas, dilihat dari
aspek geografis, misalnya, betapa dahsyatnya energi yang dikeluarkan oleh
Merapi sehingga dapat meluluh-lantakkan semua makhluk yang ada di
sekitarnya. Dari aspek psikologis, betapa besarnya ikatan emosional para
relawan terhadap sesama manusia (korban Merapi).Mereka dengan ikhlas
mengerahkan tenaga, bahkan mempertaruhkan jiwanya untuk menolong
1 2
117
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
sesama manusia, padahal bahaya maut setiap saat mengancamnya.Dari aspek
sosiologis, Tim relawan secara bersama-sama, bergotong royong mengusung
jenazah sehingga beban menjadi lebih ringan, tanpa kebersamaan mereka akan
lebih sulit melaksanakan pekerjaan tersebut. Gambar di atas masih dapat
dijelaskan dilihat dari aspek lainnya yang masih banyak mengandung beriburibu
kata. Oleh karena itu, betapa efisien dan efektifnya, sumber belajar non
tercetak berupa gambar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Gambar: Sumber belajar non tercetak dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu
sosial
Penggunaan sumber belajar ini terutama yang aktual (terkini) memiliki
keunggulan lain, yakni sebagai media yang dapat menarik perhatian peserta
didik sehingga dapat meningkatkan motivasi (minat dan antusiasme) belajar.
Untuk pembelajaran yang bersifat afektif, misalnya, sumber belajar non
tercetak berupa foto sangat ampuh (efektif) untuk menggetarkan aspek
emosional, keyakinan, perasaan peserta didik. Kompetensi afektif tidak mudah
dicapai dengan pembelajaran yang hanya memanfaatkan kata-kata atau sumber
belajar tercetak. Pemanfaatan gambar/foto merupakan alternatif dalam
pembelajaran IPS dalam domain afektif.
Sosiologis
Antropologi
s
Ekonomi
Sejarah
Politik Geografi
Psikologi
118
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Mari perhatikan gambar foto lainnya tentang peristiwa korban gempa
bumi dan tsunami di propinsi Aceh Darussalam tahun 2004.
Sumber belajar di atas dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran
IPS dengan pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
karakteristik peserta didik SD/MI.
2. Sumber Masyarakat
Sumber belajar yang sejalan dengan pendekatan kontekstual adalah
sumber belajar masyarakat. Setiap masyarakat tanpa memperhatikan ukuran
besar atau kecilnya masyarakat tersebut dapat bermanfaat bagi pembelajaran
IPS. Sumber belajar masyarakat ini dapat dimanfaatkan dengan cara
membawa peserta didik mengunjungi setiap lingkungan masyarakat tersebut.
Ada dua jenis unsur masyarakat sebagai sumber belajar: (1) sumber
perseorangan; dan (2) studi lapangan atau pariwisata.
Gambar foto: Korban
peristiwa Gempa bumi dna
tsunami di Aceh 2004
Gambar: Peristiwa
perkelahian atau
tawuran antar kelompok
pelajar. Sungguh
kejadian yang ironis
para pelajar berkelahi.
119
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
a. Sumber perseorangan (tokoh masyarakat)
Untuk memanfaatkan seseorang sebagai sumber belajar, guru perlu
melakukan identifikasi dan seleksi terhadap objek dimana dan siapa yang
dapat berguna bagi pembelajaran IPS. Sebenarnya, tidka terlalu sulit bagi
guru untuk menemukan tokoh masyarakat yang dapat dijadikan sumber
belajar. Apakah seorang penulis, kyai (tokoh agama), petugas kebersihan,
penjaga kebun binatang, aktivis partai politik, pemain bola, dan sebagainya.
Satu hal yang perlu dimanfaatkan oleh guru terhadap sumber belajar
tersebut adalah memanfaatkan sumber belajar tersebut secara optimal dan
efektif.
Bagaimana para peserta didik dapat mengenal tentang Pahlawan
Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Pejuang kaum Wanita, R.A. Kartini?
Untuk menyelenggarakan pembelajaran menggunakan tokoh sebagai
sumber belajar ini, guru dapat megundang sejarahwan atau para siswa yang
dibawa mengunjungi tokoh sejarahwan tersebut. Para siswa perlu dibekali
dengan sejumlah pertanyaan sebagai panduan ketika mereka bertanya
kepada Sejarahwan.
Gambar: RA. Kartini
Sumber: www.lib.monas.edu
Gambar: KH. Dewantara
Sumber: www.swaramuslim.com
120
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
b. Studi lapangan atau pariwisata
Memanfaatkan sumber belajar oleh guru dalam pembelajaran IPS
melalui studi lapangan atau pariwisata adalah mengunjungi tempat-tempat
yang sesuai dengan materi yang sednag dipelajari oleh para siswa.
Sejumlah tempat bersejarah, seperti musium, candi, mesjid bersejarah,
bangunan, dan tempat-tempat peristiwa bersejarah lainnya dapat
dimanfaatkan oleh guru bersama siswa. Berikut ini adalah tempat yang
dapat dijadikan lokasi studi lapangan.
Gambar: Candi
Borobudur di Jawa
Tengah.
Merupakan peninggalan
kerajaan Budha yang tak
ternilai sehingga situs ini
dapat dijadikan sebagai
tujuan studi lapangan
yang sekaligus sebagai
sumber belajar.
Sumber:
www.students.ukdw.ac
Gambar: Istana Bogor di
Jawa Barat.
Salah satu peninggalan
pemerintahan kolonial
Belanda yang saat ini
dimanfaatkan sebagai
istana Presiden RI.
Situs ini dapat dijadikan
sebagai tujuan studi
lapangan yang sekaligus
sebagai sumber belajar.
Sumber: www.students.ukdw.ac
121
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Adanya sejumlah sumber belajar IPS baik yang tercetak maupun yang
non tercetak menunjukkan bahwa pembelajaran IPS sangat erat dengan
kehidupan masyarakat manusia dan lingkungannya. Hal inipun
menunjukkan bahwa pembelajaran IPS sangat dekat dengan kehidupan
siswa. Pembelajaran IPS bukan lah pembelajaran hapalan semata melainkan
pembelajaran yang memperkenalkan peserta didik kepada lingkungannya
baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pembelajaran IPS pun
mengajari peserta didik agar mampu hidup sebagai bermasyarakat dan
sebagai manusia sesuai dengan fitrahnya.
Gambar: Monumen
Nasional (Monas) di
Jakarta.
Salah satu simbol Kota
Jakarta sebagai ibu kota
Negara Republik
Indonesia.
Situs ini dapat dijadikan
sebagai tujuan studi
lapangan yang sekaligus
sebagai sumber belajar.
Sumber: www.students.ukdw.ac
122
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
LATIHAN
Jelaskan gambar Tim relawan yang sedang melakukan evakuasi korban
Merapi dari sudut pandang politik, ekonomi, dan sejarah!
PANDUAN JAWABAN
Secara politik, Tim relawan yang sesungguhnya melakukan evakuasi korban
tidak dilandasi motif politik melainkan lebih didasarkan oleh alasan kemanusiaan.
Secara ekonomi, Tim relawan yang sesungguhnya melakukan evakuasi
korban tidak dilandasi motif ekonomi dalam arti mencari keuntungan melainkan
lebih didasarkan oleh alasan kemanusiaan.
Secara historis, Tim relawan yang melakukan evakuasi korban terjadi
karena secara historis masyarakat Indonesia telah memiliki kebiasaan sejak dahulu
melakukan kerja bersama/gotong royong.
RANGKUMAN
Sumber pembelajaran terdiri atas dua jenis yakni sumber pembejaran
tercetak dan sumber pembelajaran non tercetak. Sumber pembelajaran tercetak
terdiri atas buku teks dan suplemen yang terdiri atas terbitan periodiokal dan buku
yang ada di pasaran. Buku teks dapat digunakan, ketika: (1) guru membelajarkan
konsep atau topik tertentu yang memerlukan sumber atau rujukan; (2) guru
memerlukan informasi tentang suatu materi; (3) siswa memerlukan
informasi/penjelasan tambahan tentang suatu konsep; (4) siswa memerlukan
kebenaran suatu konsep dalam diskusi, misalnya ada perdebatan karena perbedaan
pemahaman.
123
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
TEST FORMATIF
1. Sumber pembelajaran IPS diperlukan oleh guru sebagai ...
a. Tujuan pembelajaran IPS
b. Sarana pendukung pembelajaran
c. Metode pembelajaran yang menyenangkan
d. Strategi mencapai tujuan pembelajaran
2. Sumber pembelajaran IPS yang efektif untuk mencapai kompetensi afektif
adalah
a. Uraian cerita yang rinci.
b. Gambar yang menarik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
c. Buku teks mata pelajaran
d. Cerita sejarah tentang kerajaan yang menggambarkan sifat baik dan
buruk
3. Sumber pembelajaran IPS berupa gambar dianjurkan digunakan oleh guru
dalam pembelajaran IPS dengan kriteria ...
a. Gambar diambil dari peristiwa dokumenter
b. Gambar berupa foto pahlawan
c. Gambar tentang peristiwa terkini
d. Gambar berupa lukisan tentang alam yang indah
4. Kemampuan guru dalam menguasai sumber pembelajaran baik yang
tercetak maupun non tercetak bukanlah jumlah sumbernya melainkan ...
a. Kemampuan memahami sumber pembelajaran dengan baik
b. Kemampuan merencanakan sumber pembelajaran
c. Kemampuan mengemas materi pembelajaran
d. Kemampuan menggunakan sumber pembelajaran
5. Sumber pembelajaran non tercetak yang dapat memberikan pengalaman
langsung kepada peserta didik adalah ...
a. Memanfaatkan studi lapangan dengan baik
b. Memanfaatkan buku gteks mata pelajaran
b. Menggunakan gambar secara optimal
124
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
c. Menggunakan cerita dna diaplikasikan dalam kehidupan
        GLOSARIUM
Sumber pembelajaran tercetak (print materials) adalah sumber pembelajaran
berupa buku teks atau hasil publikasi kejadian terkini, peristiwa atau
masalah terkini, surat kabar, buku-buku yang sedang diperdagangkan,
kit pembelajaran dan buku kerja siswa atau lembar kerja siswa.
Sumber pembelajaran non tercetak (nonprint materials) adalah materi
pembelajaran yang tidak tertulis sehingga peserta didik tidak perlu
banyak membaca tulisan, melainkan berupa gambar, film, video tape,
dan materi lain yang tidak dipublikasi secara tertulis.





            DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi
http://www.slemankab.go.id/galeri-photo?album
PermendiknasNomor 22 Tahun 2006 tentangStandar Isi.
Welton, David A &Mallan, John T. (1988) Children and Their World, Strategies for
Teaching Social Studies (3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin
Company.
www.students.ukdw.ac
www.swaramuslim.com
www.lib.monas.edu

PENILAIAN MATA PELAJARAN IPS UNIT 9

Penilaian Mata Pelajaran IPS

Pendahuluan

Para mahasiswa sekalian, tentu Anda masih ingat bahan ajar pada Unit 9

utama yakni tentang Penilaian Mata Pelajaran IPS.Pada unit pengayaan ini, Anda

akan diajak mengkaji dan memperdalam penguasaan kemampuan penilaian

pembelajaran IPS, terutama pada dimensi afektif, yakni aspek nilai dan sikap

(values and attitudes). Mengapa perlu pengayaan dalam kemampuan menilai

aspek afektif? Disadari bahwa mengukur kemampuan siswa di SD/MI saat ini

memiliki keterbatasan. Artinya, guru belum mengukur semua kemampuan dan

potensi yang dimiliki peserta didik SD/MI. Pada umumnya sekolah hanya

mencurahkan perhatian dalam penilaiannya pada dimensi kognitif daripada

dimensi afektif. Banyak alasan, mengapa para guru lebih banyak menilai

kemampuan peserta didik dalam pembelajaran IPS. Namun, pada umumnya guru

beranggapan bahwa menilai aspek afektif tidak mudah atau sulit. Karena sulit

inilah maka guru tidak melaksanakan penilaian dalam aspek afektif.

Meskipun demikian, sesuatu yang sulit tidak berarti tidak dapat dilakukan.

Ada strategi dan teknik penilaian yang khusus untuk menilai domain afektif.

Oleh karena itu, dalam unit pengayaan ini pembahasan akan difokuskan pada

penilaian untuk dimensi afektif yang dinamakan penilaian non tes.

UNIT 9

Kompetensi yang diharapkan setelah Anda mempelajari materi ini, sbb.:

1. Mampu mengembangkan jenis penilaian non tes dalam pembelajaran IPS di

sekolah dasar sesuai dengan standar isi yang didukung oleh materi

kontekstual.

2. Mampu mengembangkan alat penilaian non tes untuk pembelajaran IPS

yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik.

Uraian Materi

Penilaian Pembelajaran IPSNon Tes

Anda tentu telah membaca Unit 9 utama bahwa jenis penilaian ada dua,

yakni penilaian tes dan non tes.Penilaian untuk domain afektif dapat

dikelompokkan sebagai jenis penilaian non tes.Karena non tes, maka teknik

penilaian pun menjadi khas karena bukan tes. Dengan alasan-alasan seperti

tersebut di atas inilah, maka dalam Unit Pengayaan ini pembahasan akan

menekankan pada aspek afektif atau penilaian non tes.

Mengapa non tes?

Disadari bahwa aspek nilai dan sikap merupakan aspek yang tersembunyi,

artinya nilai tidak dapat dilihat secara kasat mata karena terkait dengan keyakinan,

perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bersifat pribadi/personal atau

individual. Hal-hal inilah yang umumnya menjadi alasan mengapa menilai

domain afektif itu tidak mudah atau dipandang sulit sehingga guru tidak

melaksanakan penilaian secara optimal. Padahal, secara teoritis pembelajaran IPS

mencakup empat dimensi, yakni dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi

keterampilan (skills), dimensi nilai dan sikap (values and attitude), dan dimensi

tindakan (action). Diantara empat dimensi tersebut, yang kurang banyak

tersentuh dalam penilaian adalah dimensi nilai dan sikap serta tindakan. Oleh

karena itu, dalam unit pengayaan ini, penilaian akan memfokuskan pada penilaian

non tes sebagai dimensi afektif.

Non tes merupakan salah satu bentuk penilaian dalam mengambil keputusan

terhadap hasil proses pembelajaran untuk kompetensi yang bersifat afektif atau

kompetensi yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Apabila penilaian dengan

tes selalu dapat dinyatakan dengan angka/skala maka penilaian dengan teknik

non-tes, umumnya menghasilkan deskripsi secara kualitatif meskipun untuk

kompetensi tertentu ada yang berupa angka/skala. Sebagai instrumen yang dapat

Sub Unit 9.1

mengggali data non-kognitif, teknik dan alat penilaian non-tes sangat diperlukan

untuk melengkapi hasil penilaian tengtang perkembangan hasil belajar peserta

didik secara keseluruhan.

Kemampuan guru dalam menilai menggunakan teknik non-tes dalam unit

pengayaan ini sebagai kemampuan penyempurnaan bagi guru agar penilaian

terhadap peserta didik lebih lengkap dan adil. Artinya, penilaian oleh guru

terhadap peserta didik dilakukan secara komprehensif mencakup atas semua

kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan guru

dalam penilaian menggunakan teknik-non-tes harus dikuasai, di samping

kemampuan dalam teknik tes yang telah dikuasainya. Cleaf (1991)

mengidentifikasi teknik penilaian non-tes dalam pembelajaran IPS atau penilaian

domain afektif antara lain meliputi : (1) Survey sikap (Attitudinal surveys); (2)

Penyempurnaan kalimat (Stem sentences); (3) Ceklis pengamatan (Observation

checklists); (4) Kegiatan (Projects);(5) Portofolio; (6) Jurnal/Diari. Selain itu, ada

juga beberapa teknik non tes seperti wawancara, daftar ceklis, skala pilihan,

catatan pribadi, dan studi kasus.Penjelasan untuk beberapa teknik penilaian non

tes diuraikan berikut ini.

A. Survey Sikap

Survey sikap berbeda dari instrumen tes karena skala tidak dimaksudkan

untuk menjawab yang benar atau salah melainkan berisi jawaban yang terkait

dengan keyakinan, perasaan, persetujuan, dan sebagainya yang terkait dengan

kecenderungan untuk betindak (attitudes). Skala sikap terdiri dari sejumlah

jawaban tentang persetujuan atau tidak ada persetujuan seperti: Sangat setuju,

setuju, tidak memutuskan, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dengan

menganalisis pola jawaban dari responden (peserta didik), maka

memungkinkan dapat disimpulkan sikap atau keyakinan peserta didik terhadap

pertanyaan/pernyataan.

B. Penyempurnaan kalimat

Penyempurnaan kalimat dapat digunakan untuk menilai sikap siswa.

Anda dapat menanyakan kepada peserta didik baik secara verbal atau tulisan,

dengan mengajukan pertanyaan seperti:

· Mata pelajaran favorit saya adalah .....

· Saya akan mengubah tindakan dengan cara .......

· Saya merasa aneh ketika belajar .....

· Saya tidak menganggap kota sebagai ......

· Pandangan saya berubah setelah saya mengenal orang tersebut .....

Penyempurnaan kalimat seperti di atas berguna sehingga dapat

disesuaikan dengan jenis sikap/nilai yang akan dinilai.

C. Ceklis Observasi

Teknik penilaian ini baik bertujuan untuk menilai proses dan hasil belajar

aspek perilaku, seperti perilaku dalam diskusi, praktek keterampilan, bermain

peran, sosiodrama, dan lain-lain. Aspek yang dinilai dalam diskusi antara lain

perilaku aktif dalam bertanya, berkomentar, berpendapat, pertanyaan, bekerja

sama, perilaku kepemimpinan, dan sebagainya. Ada beberapa kriteria

observasiagar lebih efektif, seperti:

1) Observasi hendaknya dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana.

2) Ada pedoman observasi baik berlembar catatan terbuka.

3) Pencatatan dilakukan oleh guru sesegera mungkin tanpa sepengetahuan

peserta didik.

4) Segera dibuat simpulan setelah program observasi selesai dilaksanakan

seluruhnya.

D. Kegiatan (project)

Pembelajaran IPS di SD/MI hendaknya banyak melibatkan siswa secara

aktif melalui berbagai kegiatan. Peserta didik dapat membuat diorama tentang

peristiwa sejarah perjuangan bangsa , menyusun kelompok barang yang

termasuk kebutuhan dan keinginan, membuat flowchart diagram proses

produksi dari mulai bahan baku sampai bahan jadi, membuat klipping, dan

sebagainya. Penilaian terhadap kegiatan dilakukan selama proses kegiatan

berlangsung. Sedikitnya ada dua tahap: pertama, penilaian formatif, yakni

tahap monitoring para siswa bekerja, yakni mendengarkan komentar,

menanyakan tentang kegiatan tersebut, menanyakan alasan dibalik

pengambilan keputusan; dan kedua, penilaian sumatif, yakni menilai hasil

kegiatan.

E. Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang terbaik.

Portofolio sebagai salah satu penilaian dimaksudkan penilaian terhadap hasil

karya siswa. Kumpulan pekerjaan siswa biasanya berupa sampel termasuk

foto-foto kegiatan, komentar-komentar secara tertulis termasuk perasan, sikap

terhadap topik kegiatan, dan keinginan siswa yang perlu diketahui guru yang

selanjutnya dimasukkan kedalam folder. Portofolio merupakan alat yang sangat

baik sebagai bahan bagi guru ketika bertemu dengan orang tua siswa. Guru

dapat menjelaskan secara kronologis tentang aktivitas siuswa dan hasilnya.

Jadi penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja

peserta didik atau digunakan untuk menilai kinerja.

F. Jurnal/Diari

Ketika para siswa partisipasi dalam suatu kegiatan kelas tentang materi

pelajaran tertentu, mereka dapat diminta untuk mencatat aktivitas tersebut

dalam jurnal/diari. Mereka diminta untuk mencatat setiap hasil belajar yang

penting, termasuk yang disenangi dan tidak disenangi. Manulis jurnal dapat

melatih siswa dalam kemampuan menulis yang terintegrasi dengan mata

pelajaran IPS.

G. Wawancara

Pedoman wawancara disusun seperti daftar pertanyaan yang akan

diajukan saat wawancara. Respondennya adalah peserta didik. Ada sedikit

perbedaan antara pedoman wawancara dengan pertanyaan saat ujian lisan.

Pedoman wawancara tidak menghendaki jawaban yang benar atau salah seperti

dalam ujian lisan yang menentukan lulus atau tidak lulus, melainkan hanya

mengungkapkan informasi tentang sikap yang digali yang dapat

menggambarkan keadaan peserta didik saat itu.

H. Daftar Ceklis

Daftar ceklis merupakan alat penilaian yang biasa digunakan saat

observasi, wawancara, maupun dalam skala sikap. Daftar ceklis terdiri atas

daftar aktivitas, sifat pribadi, masalah yang muncul, sikap terhadap kejadian

yang dilematis, jenis kesukaan, kebiasaan, dan lain-lain.Dalam daftar ceklis

biasanya disediakan kolom ceklis (....) pada bagian awal pernyataan yang

harus diisi oleh peserta didik atau oleh guru, tergantung tujuannya.

Daftar ceklis berguna untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu

unsuratau komponen serta karakteristik atau kejadian. Daftar ceklis dapat

dimanfaatkan pula untuk menentukan proses dan hasil belajar secara lebih

rinci. Penggunaannya sangat fleksibel untuk mencek kemampuan semua

peserta didik baik dalam prosesmaupun hasil pembelajaranIPS.

I. Skala-pilihan

Skala-pilihan (rating scales) sifatnya hampir sama dengan daftar cek.

Bedanya, pada daftar cek hanya ada 2 alternatif (ya atau tidak) yang diisi

dengan memberi tanda atau mengosongkan. Dalam skala disediakan 3, 4, atau

5 pilihan. Skala-pilihan dapat digunakan untuk: observasi, wawancara, angket,

juga untuk mengukur sikap, kebiasaan, ataupun minat.

J. Studi Kasus

Studi kasus merupakan penilaian non tes yang berisi deskripsi perilaku

yang kadang-kadang diperlukan untuk mempelajari peserta didik yang

bertingkah laku ekstrim.Misalnya peserta didik yang agresif atau perilaku luar

biasa, yang berbeda dari peserta didik pada umumnya.Di sekolah dasar, studi

kasus dilakukan terhadap peserta didik yang bertingkah laku ekstrim,

mengganggu, atau perlu bantuan khusus.

Latihan:

Panduan jawaban latihan:

Guru perlu mempertimbangan kemampuan/kompetensi yang akan dicapai,

tercermin dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dirumuskan kompetensi

apa yang akan dinilai. Apa yang dinilai adalah apa yang sudah terjadi dalam

proses pembelajaran. Karena target yang akan diketahui berupa kompetensi

afektif maka guru perlu mempersiapkan alat bantu (pedoman) yang cocok untuk

mengungkap nilai, sikap, dna tindakan sebagai dimensiyang akan dinilai.

Penilaian yang kurang mendapat perhatian oleh guru sehingga potensi dan

kemampuan peserta didik tidak dapat dinilai secara optimal adalah aspek nilai,

sikap, dan tindakan.Bagaimana guru merencanakan program untuk menilai

kemampuan tersebut?

Uraian Materi

Pengembangan Instrumen Penilaian Non Tes

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa langkanya guru

menggunakan penilaian non tes karena tidak mudahnya menyusun instrumen atau

alat penilaian untuk mengukur aspek afektif peserta didik. Meskipun demikian,

guru profesional perlu mencoba dan mencoba secara terus menerus

mengembangkan alat penilaian non tes.Semakin sering mengembangkan alat

penilaian, maka akan semakin mahir sehingga Anda tidak akan menemui kesulitan

lagi.

Mari kita mencoba mengembangkan beberapa alat penilaian non tes secara

perlahan namun dilakukan secara terus menerus.

A. Panduan Observasi

Pada jenjang SD/MI, alat penilaian non tes dapat dikembangkan sendiri

oleh guru kelas (teacher-made)yang bersangkutan. Demikian pula, panduan

observasi dapat dikembangkan oleh guru sehingga tidak menutup kemungkinan

terjadinya bias akibat subyektifitas guru. Namun inilah ciri khas dari penilaian

afektif yang tidak mjungkin steril dari pengaruh subjektivitas guru. Ada

beberapa petunjuk untuk mengurangi kelemahan dalam penyusunan panduan

obeservasi (Zaenul, 1993: 67):

1) Rencanakan terlebih dahulu apa yang akan diamati, untuk menghindari

tertariknya pengamat pada hal lain yang menarik perhatiannya. Selain itu

juga ditetapkan tingkah laku apa yang akan diamati, kriterianya, yaitu yang

paling besar kontribusinya untuk menjelaskan hasil belajar peserta didik.

2) Agar observasi dapat dilakukan secara cermat dan kontinyu untuk

memperoleh data yang seobjektif mungkin, maka diperlukan alat perekam

data observasi yang mudah dan jelas untuk dilaksanakan.

Sub Unit 9.2

3) Harus disadari kemungkinan terjadinya kesalahan sampel. Misalnya bila

mengamati seseorang di pagi hari kemungkinan besar akan menghasilkan

informasi yang lain sama sekali bila mengamatinya di sore hari.

4) Setiap hasil observasi harus segera ditulis laporannya segera setelah

observasi dilakukan.

5) Interpretasi harus dilakukan setelah pengamat mengendapkan informasi

yang telah diperoleh melalui observasi, sehingga interpretasi tidak menjadi

terlalu subjektif.

6) Sebaiknya melibatkan orang lain selain guru sebagai pengamat dalam

melakukan pengamatan, misalnya saja orang tua murid, konselor, wali

murid, guru lain, teman sebaya dan sejenisnya. Dengan demikian orang tua

peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran.

Berikut ini dikemukakan contoh panduan observasi yang dapat

dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi kelas oleh guru.

PANDUAN OBSERVASI

Penilaian aktivitas diskusi

Petunjuk:

Panduan ini dapat diisi oleh guru atau observer (orang tua, konselor,

wali murid, teman sebaya pada saat di kelas ketika diskusi

berlangsung. Isikan angka-angka di bawah ini sesuai dengan kriteria

dan perilaku yang muncul.

· 5 = baik sekali

· 4 = baik

· 3 = cukup

· 2 = kurang

· 1 = kurang sekali

150

Suplemen Bahan Ajar: Penilaian Mata Pelajaran IPS

Kriteria Diskusi

1

Diskusi

2

Diskusi

3

Uraian/

deskripsi

1. SIKAP

. Kerja sama

. Semangat

2. Urunan

. Masuk akal

. Teliti

. Jelas

. Relevan

. Berdasarkan pada

urunan

sebelumnya

3. Bahasa

. Kejelasan

. Ketelitian

. Ketepatan

. Menarik

. Kewajaran

4. Kesopanan

· Menggunakan bahasa

· yang sopan dan alasan

yang tulus

· Membantu kelompok

pada arah yang

Nama peserta didik : ……………………………….

Kelas : ................................................

SD/MI : ................................................

151

Suplemen Bahan Ajar: Penilaian Mata Pelajaran IPS

Kriteria Diskusi

1

Diskusi

2

Diskusi

3

Uraian/

deskripsi

benar

· Meluruskan

penyimpangan

· Menunjukkan sikap

yang

terpuji

(Modifikasi dari Rahmat, dkk., 2009)

B. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk menilai survey sikap peserta didik yang

dapat dipilih dari tiga yang paling lajim, ialah: skala Likert, skala Thurstone

atau skala Guttmann. Untuk menilai sikap dalam pembelajaran, banyak

digunakan skala sikap Likert. Dalam skala ini pernyataan afektif

menunjukkan pernyataan yang secara langsung mengungkapkan perasaan

terhadap suatu objek sikap. Sedangkan pernyataan psikomotor menunjukkan

pernyataan pilihan tingkah laku atau maksud tingkah laku yang berkenaan

dengan suatu objek sikap tertentu). Contoh skala sikap model Likert sebagai

berikut.

Contoh Skala Likert:

Bubuhkan ceklis (_) pada kolom sebelah kanan yang cocok dengan sikap

Anda!

No. Pernyataan Pilihan

1. Usaha saya dalam

kelompok

lemah sedang kuat

2. Kontribusi saya

terhadap kelompok

0% 50% 100%

3. Materi yang

dipelajari

membosankan Biasa-biasa

saja

menyenangkan

4. Tugas membaca kurang sedang banyak

5. Solusi saya

terhadap masalah

Kurang

diterima

diterima Sangat

diterima

Contoh model survey sikap dengan penyempurnaan kalimat:

1. Materi yang paling penting yang telah saya pelajari adalah

..........................

2. Saya tertarik untuk belajar lebih banyak lagi tentang

.................................

3. Seandainhya saya mampu, saya akan mengubah

......................................

Bubuhkan ceklis (_) pada kolom sebelah kanan yang cocok dengan sikap

Anda!

No. Pernyataan sedih biasa senang

1 Penceramah membuat saya

2 Pelajaran membuat saya

3 Apabila saya gtinggal di rumah,

maka orang tua saya merasa

C. Jurnal/Diari

Jurnal atau diari adalah jenis alat penilaian non tes yang dilakukan

dengan cara mencatat segala peristiwa atau kejadian tentang diri peserta didik,

khususnya selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan ini akan sangat

bermanfaat, manakala dicatat secara tersendiri dalam Buku Harian Peserta

didik.

Contoh :

Hari Senin tanggl 20 Desember 2010, Dedi melaksanakan diskusi

delompok di kelas. Dedi tampil sebagai ketua kelompok dan sekalkigus

sebagai juru bicara/penyaji uang melaporkan hasil kerja kelompok,

hyakni kunjungan kepada tokoh masyarakat. Dalam diskusi tersebut

kelompok kami menerima lima pertanyaan dari 3 kelompok yang

bertanya. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik, walaupun

ada pertanyaan yang perlu mendapat penjelasan dari guru.

Bandung,20 Desember 2010 R.Kls.IV-A,

Pukul :08.30-10.30.

D. Daftar ceklis

Daftar ceklis adalah suatu alat penilaian non tes yang digunakan secara

terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diamati. Alat ini

sangat bermanfaat untuk menilai hasil belajar ataupun proses pembelajaran

secara lebih rinci. Penggunaannya sangat sederhana, karena hanya dengan

membubuhkan tanda ceklis pada kolom yang sesuai dengan apa yang diamati.

Contoh:

No Aspek yang diamati Ceklis

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Berpartisipasi dalam mempersiapkan bahan untuk diskusi

Memberikan pendapat dalam memecahkan masalah

Hadir tepat waktu

Memberikan komentar terhadap hasil kerja kelompok lain

Mengajukan pertanyaan ketika sedang belajar di kelas

Menyerahkan tugas tepat waktu

Membawa buku pelajaran ketika sedang belajar di kelas

Membawa alat tulis termasuk buku catatan pelajaran

Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah

Menunjukkan rasa peduli terhadap orang lain

……

……

……

……

……

……

……

……

……

……

Nama peserta didik : ……………………………….

Kelas : ................................................

SD/MI : ................................................

E. Portofolio

Dalam konteks penilaian (assessment), portfolio dapat berarti kumpulan

keterangan yang tersusun secara sistematis yang digunakan oleh guru dan

siswa untuk memonitor pertumbuhan knowledge, skills, dan attitudes para

siswa dalam mata pelajaran tertentu.Kumpulan keterangan tersebut hendaknya

melibatkan partisipasi siswa dalam memilih bahan-bahan,kriteria seleksi,

kriteria penilaian, dan disertai bukti/keterangan tentang refleksi diri dari siswa.

Semua kumpulan karya siswa tersebut merupakan kumpulan karya hasil

kolaboratif yang bertujuan dan hasil refleksi diri selama proses pembelajaran.

Bagaimana Menilai Portfolio Kelas?

Untuk peserta didik yang berada di kelas rendah, portfolio dapat meliputi

sampel pekerjaan, catatan beragam hasil observasi yang sistematis, dan tes

seleksi. Guru dan orang tua dapat memantau kemajuan peserta didik dengan

cara memperhatikan tulisan-tulisannya, lukisan-lukisannya, buku-buku yang

dibaca oleh mereka, rekaman video, photo, rekaman suara ketika membaca,

bercerita dan sebagainya. Karya-karya yang sangat bermanfaat meliputi:

catatan anekdot, ceklis atau inventory, skala nilai, dan pertanyaan serta

keperluannya. Untuk menilai portfolio siswa, guru IPS dapat mengembangkan

model penilaian seperti di bawah ini.

Lembaran Skor Portfolio

Untuk setiap kriteria, beri skor bagian portfolio pada skala 1-5, dengan 5

skor tertinggi.Gunakanlah Lembar Nilai untuk menilai portfolio secara

keseluruhan.

1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = di atas rata-rata; 5= istimewa

ASPEK YANG DINILAI SKOR CATATAN

1. KELENGKAPAN

· Aspek-aspek yang disyaratkan

sebelumnya

2. KEJELASAN

· Terorganisir dengan baik

· Tertulis dengan baik

· Mudah dipahami

3. INFORMASI

· Akurat

· Cukup

· Penting

4. DUKUNGAN

· Contoh untuk hal-hal utama

· Alasan yang baik

5. GRAFIK

· Berkaitan dengan isi bagian

· Ketepatan judul

· Memberikan informasi

· Meningkatkan pengertian

6. BAGIAN DOKUMENTASI

· Cukup

· Dapat dipercaya

· Berkaitan dengan penyajian

· Selektif

SKOR TOTAL

PENILAI:________________________________TANGGAL

______________

(Sumber: CCE, 1999:25-3

F. Skala bertingkat (Rating Scale)

Skala bertingkat adalah alat penilaian non tes untuk menilai karakteristik

tertentu sebagaimana diharapkan muncul dalam diri peserta didik.Tipe skala

betingkat yang akan disajikan di bawah ini termasuk jenis yang sederhana.

Oleh karena itu tipe ini memungkinkan dapat dibuat dan dipergunakan oleh

guru.

Untuk mengembangkan alat penilaian ini ada sejumlah kaidah yang harus

diperhatikan dan dicermati oleh pengembang alat evaluasi. Kaidah-kaidah

tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Zaenul (1993:76) adalah sebagai berikut:

1) Jumlah pertanyaan atau pernyataan haruslah terbatas, tetapi tetap dapat

memberi gambaran yang utuh dari keseluruhan hal yang diukur.

2) Angka untuk perangkat rating scale haruslah mempunyai arti yang sama.

3) Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna,

tetapi tidak terlalu renik sehingga tidak jelas lagi perbedaan arti satu angka

dengan angka lainnya. Sebagai patokan jangan lebih dari 7 kategori.

4) Setiap pernyataan atau pertanyaan hendaknya hanya mengukur satu

karakteristik atau satu komponen.

5) Bila digunakan untuk mengukur suatu prosedur, sebaiknya pertanyaan atau

pernyataan disusun secara urut berdasarkan urutan pelaksanaan prosedur.

6) Bila digunakan untuk mengukur suatu hasil, sebaiknya pertanyaan atau

pernyataan disusun secara urut dari yang termudah ke yang lebih sukar.

Contoh:

(Modifikasi dari Rahmat, dkk., 2009)

Latihan

Selama proses pembelajaran, guru akan menilai kompetensi peserta didik,

bukan hanhya aspek pengetahuan (kognitif) melainkan juga aspek afektif

dan perilaku. Guru menerapkan metode pembelajaran bermain peran (role

playing). Jelaskan penilaian non tes bentuk apakah yang tepat dan

bagaimana membuat alat penilaiannya?

NUMERICAL RATING SCALE

SD/MI : .........................................

Kelas : .........................................

Nama Siswa : ..........................................

Tanggal : .........................................

Waktu : ..........................

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat ketaatan siswa

Petunjuk:

Nyatakanlah tingkatan dari setiap pernyataan berikut ini dengan memberi tanda

ceklis (V) di bawah angka- angka yang ada di depan pernyataan.

§ 1 = tidak memuaskan

§ 2 = dibawah rata-rata

§ 3 = rata-rata

§ 4 = di atas rata-rata

§ 5 = sempurna

No.

Aspek yang diukur

1

2

3

4

5

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Cara berjalan

Ketepatan datang ke sekolah

Keseriusan mengikuti pelajaran

Kelengkapan atribut sekolah

Keseriusan mengerjakan PR

Melaksanakan piket di kelas

Membersihkan papan tulis

Ketepatan mengerjakan tugas

Menolong orang lain

Memungut sampah berserakan

Panduan Jawaban

Proses pembelajaran sudah jelas bahwa peserta didik akan banyak terliobat

dalam aktivitas, terutama dalam memerankan tokoh atau peran tertentu.

Perlu diperhatikan pula, kompetensi yang ingin dicapai. Karena yang ingin

dinilai dimensi afektif dan perilaku maka alat penilaian observasi dapat

digunakan. Oleh karena itu, kembangkanlah alat penilaian untuk menilai

sikap dan perilaku. Panduan observasi di atas dapat dimanfaatkan dengan

cara memodifikasi/disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang ingin

dicapai.

Rangkuman

Panilaian pembelajaran baik proses maupun hasil belajar selayaknya

memenuhi bersifat komprehensif mencakup seluruh potensi dna

kemampuan peserta didik disamping perlu memenuhi rasa keadilan bagi

peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menilai selayaknya

menggunakan teknik tes dan non-tes. Penilaian non tes yang kurang

mendapat perhatian yang memadai perlu diupayakan oleh guru IPS. Agar

guru memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan penilaian

non tes, maka guru perlu mengenal jenis penilaian non tes berlatih dan

berupaya mengembangkan alat penailaian tersebut.

Ada sejumlah teknik penilaian non-tes dalam pembelajaran IPS atau

penilaian domain afektif meliputi : survey sikap, penyempurnaan kalimat,

ceklis pengamatan, kegiatan (projects), portofolio, jurnal/diari, daftar

ceklis, skala pilihan, catatan pribadi, dan studi kasus.

Formatif

Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang

menurut Anda paling tepat.

1. Laporan hasil belajar untuk sekolah hendaknya dibuat oleh guru selengkap

mungkin menyangkut peserta didik. Aspek yang paling umum dari

laporan hasil belajar peserta didik untuk sekolah (kepala sekolah) adalah

...

a. kompetensi peserta didik

b. jumlah peserta didik

c. sikap peserta didik

d. minat dan bakat peserta didik

2. Laporan hasil belajar tentang peserta didik yang paling umum dan singkat

adalah ditujukan untuk ...

a. guru

b. kepala sekolah

c. orang tua

d. masyarakat

3. Informasi tentang aspek afektif peserta didik dapat diketahui melalui …

a. ujian tertulis

b. kuesioner

c. wawancara

d. angket

4. Penilaian proses dan hasil belajar peserta didik hendaknya bersifat ….

a. Komprehensif dan adil

b. kompleksitas

c. sarana pendukung

d. esensial

5. Penilaian untuk ranah afektif tidak dalam bentuk angka melainkan berupa

deskriptif atau penafsiran kualitatif. Oleh karena itu penilaian untuk ranah

afektif dinyatakan sebagai penilaian ...

a. informasi esensial

b. informasi tambahan

c. penafsiran kuantitatif

d. penentu prestasi

GLOSARIUM

Penilaian non tes : Penilaian untuk mengungkap aspek non

kuantitatif seperti perasaan, sikap, emosi,

keyakinan, dan lainnya yang bersifat afektif.

Dimensi : ukuran; takaran; matra.

Perspektif : sudut pandang; harapan baik untuk masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Cleaf, David W. Van. (1991). Action in Elementary Social Studies. Boston: Allyn

Bacon.

CCE, (1996), We The People ... Project Citizen: Teacher’s Guide, Calabasas,

California.

Rahmat, Sapriya, Dadang Sundawa, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn UPI.

Welton, David A & Mallan, John T. (1988) Children and Their World, Strategies

for Teaching Social Studies (3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin

Company.

162

Suplemen Bahan Ajar: Penilaian Mata Pelajaran IPSv